

Loveusaha – Tepat di sisi selatan Stadion Diponegoro berderet warung-warung tenda yang menjajakan aneka pilihan makanan. Tak banyak memang, tapi cukup mewakili ragam jenis masakan, seperti soto, nasi padang, nasi gandul, dan nasi goreng.
Mereka berbaur dengan kios majalah dan koran. Namun di antara warung-warung itu, ada satu yang menarik perhatian kami. Posisinya di ujung stadion, tepat di seberang kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kanwil Jawa Tengah.
Pengunjungnya selalu saja datang silih berganti, tak heran jika bau harum masakan selalu tercium ketika melintasinya.
Warung itu tertutup dua banner yang jelas-jelas memajang tulisan: Nasi Goreng Babat dan Nasi Goreng Pak Taman, plus embel-embel beberapa produk sponsor. Satu banner lagi khusus memasang nama-nama minuman yang tersedia.
Dari woro-woro di spanduk itu, tampaknya menu nasi goreng menjadi jagoannya. Di warung ini Anda bisa memilih sendiri teman untuk nasi goreng.
Tapi jangan bayangkan Anda menemukan daging di sini. Semua serba jerohan, seperti babat, iso (usus), jantung, limpa, dan paru. Kalau tak percaya, silahkan tengok ke dapurnya.
Anda akan menemukan dua baskom penuh jerohan siap masak. Nasi goreng ayam tampaknya hanya sebagai “penggembira” di warung ini. Menu andalan lain warung ini, babat gongso. Semua dengan tingkat kepedasan yang moderat.
Baca juga : https://www.loveusaha.com/jendela-usaha/hal-unik-dari-sup-kambing-bang-irwan/
Nasi goreng dan babat gongsonya tersaji di atas piring yang dialasi daun pisang. Porsinya terhitung sedang, pas untuk mengganjal perut. Polos sekali.
Kesan pertama itulah yang terlintas tatkala melihat sajian nasi gorengnya. Tak ada asesoris lain seperti tomat, selada, kerupuk, bahkan bawang goreng. Hanya ada acar yang menemaninya.
Nasinya yang pulen, manisnya yang pas, rasa bawang merah yang tidak menohok, dan rasa pedasnya yang “sopan” benar-benar membuai lidah. Jika ingin meninggalkan sedikit jejak asam, silahkan coba acarnya. Babat dan iso yang bertekstur alot pun, bisa disulap menjadi empuk. Terasa pas mengiringi nasi yang menari-nari di dalam mulut.
Bagaimana dengan babat gongsonya? Yang ini tak kalah dahsyat. Babat yang tanpa rasa alias anyep, disulap menjadi sajian yang kaya rasa. Bagi lidah jawa, rasanya sangat cocok karena cenderung manis.
Pada jam-jam tertentu, terutama saat pagi dan jam makan siang, Anda harus bersabar menunggu pesanan dating karena warung ini biasanya dipadati pembeli.
Menurut Bu Tukini, istri Pak Taman yang sekarang mengelola sekaligus menjadi juru masak warung makan ini, warungnya tiap hari bisa menghabiskan sekitar 10 kg jeroan. (n5)
Be the first to comment